Minuman isotonik sebaiknya tidak dikonsumsi saat sahur dan berbuka, karena minuman tersebut sudah ditambahi gula dan elektrolit. Hal ini antara lain ditegaskan oleh ahli penyakit dalam dari RSCM dan FKUI, Ari Fahrial Syam.
"Saya mengamati, anjuran mengonsumsi minuman isotonik dalam iklan sudah kebablasan. Iklan yang muncul juga menganjurkan untuk mengonsumsi produk tersebut agar terhindar dari kekurangan elektrolit saat berpuasa. Minuman isotonik sendiri sebenarnya kita konsumsi kalau memang kita membutuhkan," jelas Ari, dalam siaran tertulisnya yang diterima Senin (22/7).
"Oleh karena itu, kita harus memperhitungkan bahwa dengan mengonsumsi produk isotonik ini, akan terjadi penambahan konsumsi gula dan garam. Bagi orang obesitas atau penderita kencing manis, penambahan gula harus diperhitungkan, karena jika tidak akan menyebabkan orang yang obesitas semakin gemuk, dan orang dengan penyakit kencing manis gula darahnya menjadi tidak terkontrol," paparnya.
Ditambahkan Ari, begitu pula halnya bagi seseorang yang menderita hipertensi. Tambahan garam dari larutan isotonik ini juga harus diperhitungkan.
"Saya masih ingat, tahun lalu pasien saya mengalami peningkatan tekanan darah akibat mengonsumsi produk isotonik ini secara berlebihan. Pengakuan yang bersangkutan, saat itu kenapa (dia) mengonsumsi larutan isotonik secara berlebihan, akibat terpengaruh oleh iklan larutan isotonik tersebut," ungkap sang dokter.
Selain itu, Ari menambahkan, ada juga pasien yang mengalami peningkatan kadar gula darah akibat mengonsumsi larutan isotonik tersebut secara berlebihan. Makanya, ia menganjurkan agar selama puasa ini lebih baik mengonsumsi air putih saja, serta menghindari produk-produk isotonik ini jika tidak membutuhkannya.
Lebih jauh, Ari pun berharap masyarakat lebih kritis untuk mendengar dan melihat iklan-iklan yang ada, serta jangan otomatis mengikuti pesan-pesan yang ada. Bagi masyarakat yang memang sudah mempunyai permasalahan kesehatan, dia menyarankan untuk sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum mengonsumsi produk-produk tersebut.
"Saya mengamati, anjuran mengonsumsi minuman isotonik dalam iklan sudah kebablasan. Iklan yang muncul juga menganjurkan untuk mengonsumsi produk tersebut agar terhindar dari kekurangan elektrolit saat berpuasa. Minuman isotonik sendiri sebenarnya kita konsumsi kalau memang kita membutuhkan," jelas Ari, dalam siaran tertulisnya yang diterima Senin (22/7).
Ari mencontohkan, kebutuhan itu misalnya adalah saat seseorang berkeringat atau ketika berolahraga. Namun, tidak pada saat bangun tidur seperti saat sahur. Sebab menurutnya, larutan isotonik sendiri mengandung gula dan elektrolit terutama garam atau natrium.
"Oleh karena itu, kita harus memperhitungkan bahwa dengan mengonsumsi produk isotonik ini, akan terjadi penambahan konsumsi gula dan garam. Bagi orang obesitas atau penderita kencing manis, penambahan gula harus diperhitungkan, karena jika tidak akan menyebabkan orang yang obesitas semakin gemuk, dan orang dengan penyakit kencing manis gula darahnya menjadi tidak terkontrol," paparnya.
Ditambahkan Ari, begitu pula halnya bagi seseorang yang menderita hipertensi. Tambahan garam dari larutan isotonik ini juga harus diperhitungkan.
"Saya masih ingat, tahun lalu pasien saya mengalami peningkatan tekanan darah akibat mengonsumsi produk isotonik ini secara berlebihan. Pengakuan yang bersangkutan, saat itu kenapa (dia) mengonsumsi larutan isotonik secara berlebihan, akibat terpengaruh oleh iklan larutan isotonik tersebut," ungkap sang dokter.
Selain itu, Ari menambahkan, ada juga pasien yang mengalami peningkatan kadar gula darah akibat mengonsumsi larutan isotonik tersebut secara berlebihan. Makanya, ia menganjurkan agar selama puasa ini lebih baik mengonsumsi air putih saja, serta menghindari produk-produk isotonik ini jika tidak membutuhkannya.
Lebih jauh, Ari pun berharap masyarakat lebih kritis untuk mendengar dan melihat iklan-iklan yang ada, serta jangan otomatis mengikuti pesan-pesan yang ada. Bagi masyarakat yang memang sudah mempunyai permasalahan kesehatan, dia menyarankan untuk sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum mengonsumsi produk-produk tersebut.
ADVERTISE
EmoticonEmoticon